Sunday, January 26, 2014

Hukum Truk Sampah

kisah ini disadur dari majalah Shift - issue 6

Suatu hari, seorang pebisnis menyetop taksi untuk mengejar penerbangan. Selama berada dalam perjalanan ke bandara, supir taksi menyetir di sebelah kanan. Tiba - tiba, sebuah mobil lain keluar dari area parkir langsung mengambil jalan di depan taksi. Supir taksi kaget dan me-rem mendadak, hingga taksinya sedikit tergelincir. Terlambat setengah detik saja, mereka pasti tabrakan!

Pengemudi mobil lain itu mengeluarkan kepalanya keluar jendela mobil dan mulai memaki supir taksi. Namun si supir taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Sip ebisnis heran, kok supir taksi bisa begitu ramah pada orang yang hamper menyelakainya? Lalu ia berkata dengan gemas, “Kalau saya jadi anda, saya tidak akan sebaik itu pada orang yang hamper mengirim kita ke rumah sakit. “ Saat itu si supir taksi mengajarkan ‘Hukum Truk Sampah’.

Supir taksi menjelaskan bahwa sebagian besar orang bagaikan truk sampah. Mereka pergi kemana – mana, membawa – bawa sampah: segala frustasi, kemarahan dan kekecewan. Ketika sampah telah menggunung, mereka merasa terdesak untuk segera memuntahkannya di suatu tempat. Kadang anda lah yang jadi tempat pembuangan tersebut. Tidak perlu menganggapnya serius. Tersenyumlah, lambaikan tangan, doakan mereka, dan berlalulah seolah taka da yang terjadi. Jangan mau menjadi tempat penampungan dari sampah yang mereka muntahkan, atau anda juga akan memuntahkannya keppada orang – orang di tempat kerja, di ruah atau di jalanan. Percayalah, hidup tidak akan nikmat jika anda memilih untuk menjadi truk sampah yang lain.

No comments:

Post a Comment