kisah ini disadur dari majalah Shift -
issue 6
Suatu hari, seorang pebisnis menyetop
taksi untuk mengejar penerbangan. Selama berada dalam perjalanan ke bandara,
supir taksi menyetir di sebelah kanan. Tiba - tiba, sebuah mobil lain keluar
dari area parkir langsung mengambil jalan di depan taksi. Supir taksi kaget dan
me-rem mendadak, hingga taksinya sedikit tergelincir. Terlambat setengah detik
saja, mereka pasti tabrakan!
Pengemudi mobil lain itu mengeluarkan
kepalanya keluar jendela mobil dan mulai memaki supir taksi. Namun si supir
taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Sip ebisnis heran, kok supir
taksi bisa begitu ramah pada orang yang hamper menyelakainya? Lalu ia berkata
dengan gemas, “Kalau saya jadi anda, saya tidak akan sebaik itu pada orang yang
hamper mengirim kita ke rumah sakit. “ Saat itu si supir taksi mengajarkan ‘Hukum
Truk Sampah’.
Supir taksi menjelaskan bahwa sebagian
besar orang bagaikan truk sampah. Mereka pergi kemana – mana, membawa – bawa sampah:
segala frustasi, kemarahan dan kekecewan. Ketika sampah telah menggunung,
mereka merasa terdesak untuk segera memuntahkannya di suatu tempat. Kadang anda
lah yang jadi tempat pembuangan tersebut. Tidak perlu menganggapnya serius. Tersenyumlah,
lambaikan tangan, doakan mereka, dan berlalulah seolah taka da yang terjadi.
Jangan mau menjadi tempat penampungan dari sampah yang mereka muntahkan, atau
anda juga akan memuntahkannya keppada orang – orang di tempat kerja, di ruah
atau di jalanan. Percayalah, hidup tidak akan nikmat jika anda memilih untuk
menjadi truk sampah yang lain.
No comments:
Post a Comment