Saturday, March 1, 2014

Muker IKM FTUI: Masa Depan Indonesia di Tangan Kita

Indonesia dan Kemahasiswaan
Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.
Siapa yang tak kenal dengan kalimat di atas. Sebuah kalimat legendaris yang diucapkan oleh Bung Karno di masa kemerdekaan Indonesia dulu. Sebuah kalimat yang esensinya masih relevan dengan keadaan masa kini. Mari kita sedikit menengok China. Pada tahun 1988-2013, China dipimpin oleh engineer. Pertumbuhan ekonominya meroket, bahkan menjadi superpower baru di samping Amerika. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana kondisi engineer – engineer bangsa kita? Sudahkah calon – calon engineer muda mengalami tempaan yang ‘pas’ agar menjadi engineer kelas dunia?

FTUI, salah satu Fakultas Teknik terbaik di Indonesia, mencetak sekitar 1000 engineer baru setiap tahunnya. Proses pencetakan yang berlangsung selama kurang lebih empat tahun, tentu tidak terbatas hanya pencetakan di dalam kelas semata. Misal seorang mahasiswa mengambil 20 SKS setiap semesternya, berarti ia akan menggunakan waktunya sebanyak 20 x 50menit per minggu, 16 minggu x 1000 menit per semester, 2 semester x 16000 menit atau 32000 menit pertahun. Selama satu tahun tempaan di bangku kuliah hanya selama 32000 menit atau jika dikonversi ke dalam hari, hanya 22,22 hari. Lantas kemana sisa 343 hari dalam satu tahun? Jawabannya adalah suatu proses pencetakan yang bernama kemahasiswaan.

Kemahasiswaan adalah bahasan yang sangat luas. Kemahasiswaan tidak hanya berbicara tentang lembaga dan organisasi mahasiswa. Kemahasiswaan bicara tentang segala kegiatan yang dilakukan mahasiswa yang seharusnya bertujuan untuk menempa diri mereka menjadi lulusan yang tidak hanya berotak Habibie, tetapi juga bermental Soekarno. Kemahasiswaan bicara tentang mengimprove mahasiswa menjadi insan yang lebih baik dari segi paradigma, kemampuan serta sikap.

Kemahasiswaan di FTUI
Di FTUI kemahasiswaan dijawantahkan dalam suatu ikatan yang bernama IKM FTUI. IKM FTUI adalah suatu wadah perjuangan bersama yang menghimpun mahasiswa FTUI dalam satu ikatan dan satu sikap moral. IKM FTUI memiliki tujuan, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, serta perangkat peraturan yang menjaga kesatuan IKM FTUI itu sendiri. Jika selama ini anda mengikuti kegiatan BEM, IM, BO, BSO, BOK dan KPD maka sebenarnya anda menjalani bagian kecil dari rangkaian besar ‘proses penempaan’ yang disediakan oleh IKM FTUI.

Seperti halnya perindustrian yang pasang dan surut seiring waktu, IKM FTUI pun harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tantangan setiap zaman berbeda, sehingga IKM FTUI harus mampu mentransformasi dirinya menjadi entitas yang sesuai dengan zaman, tanpa kehilangan nilai – nilai luhurnya. Tujuan IKM FTUI, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, peraturan – peraturan yang ada, bahkan landasan ideologis dari IKM FTUI pun harus dapat sesuai dengan zaman agar mampu memberikan ‘proses penempaan’ yang pas. Untuk menjawab tantangan tersebut wajah IKM FTUI harus selalu ditinjau ulang. Peninjauan tersebut ada yang bersifat relative kecil sehingga dilakukan setiap tahun (seiring dengan pergantian kepengurusan lembaga), dan ada juga yang relatif besar sehingga diadakan minimal sekali dalam empat tahun. Peninjauan ulang skala besar di IKM FTUI disebut dengan Musyawarah Kerja IKM FTUI (MUKER IKM FTUI)

MUKER IKM FTUI: Menjawab Tantangan Zaman
MUKER adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di IKM FTUI. MUKER memiliki wewenang untuk menetapkan hal – hal mendasar yang ada di IKM FTUI, baik itu landasan ideologis, landasan konstitusional maupun landasan operasional. Singkat kata, MUKER adalah forum yang akan memutuskan bagaimana wajah dan arah gerak IKM FTUI hingga empat tahun ke depan. Berikut adalah beberapa ilustrasi hal yang dapat diputuskan melalui MUKER.

1. Pembubaran IKM FTUI
Jika anda merasa format besar kegiatan kemahasiswaan sekarang sudah tidak relevan dengan kebutuhan mahasiswa, maka tidak mustahil bahwa IKM FTUI itu sendiri sebaiknya dibubarkan. MUKER memiliki wewenang untuk membubarkan IKM FTUI.

2. Mengubah Landasan Ideologis
Layaknya Pancasila bagi Indonesia, IKM FTUI juga memiliki landasan idelogis yang bernama Kode Etik IKM FTUI. Landasan ideologis inilah yang menjadi jiwa dalam setiap kegiatan kemahasiswaan. Jika landasan ideologis sudah tidak relevan dengan kebutuhan zaman maka dapat diubah melalui MUKER.

3. Mengubah Landasan Konstitusional
Masih relevankah peraturan – peraturan yang ada pada PD PRT (Peraturan Dasar – Peraturan Rumah Tangga) terhadap kondisi kekinian mahasiswa? Masih relevankah adanya persyaratan tidak boleh rangkap jabatan untuk Ketua dan BPH beberapa lembaga ditengah arus globalisasi? Jawab pertanyaan tersebut dan lakukan tindakan konkret melalui MUKER.

4. Mengubah Tujuan IKM FTUI
IKM FTUI memiliki tujuan yang kemudian akan ditranslasikan melalui beberapa tahap hingga menjadi program kerja. Jika anda mengeluh tentang program kerja lembaga – lembaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, maka anda dapat merombaknya habis – habisan dengan cara merevisi ‘hulu’nya via MUKER.

5. Mengubah struktur dan format lembaga
MUKER dapat mengubah struktur kelembagaan di IKM FTUI yang menganut konsep trias politica. Apakah dengan segitu banyaknya lembaga kemahasiswaan dapat membuat ‘proses penempaan’ menjadi lebih baik? Atau justru membuat ‘proses penempaan’ menjadi tidak optimal? Kaji lebih lanjut tentang struktur dan format lembaga IKM FTUI di MUKER.

6. Mengubah Independensi IKM FTUI
Apakah IKM FTUI masih layak untuk bersifat independen? Atau sebenarnya kita membutuhkan bantuan dari pihak dosen/dekanat untuk mengarahkan kegiatan kemahasiswaan sehingga lebih terarah dan bermanfaat? Tahukah anda bahwa pernah ada masa di mana dosen dan senat akademik fakultas menjadi bagian dari IKM FTUI? Kaji lebih lanjut tentang hal tersebut di MUKER.

Selain keenam hal tersebut, masih banyak lagi hal yang dapat dibahas dan diputuskan di MUKER. Oleh karena itu MUKER adalah jawaban yang paling tepat atas pertanyaan ‘bagaimana seharusnya kegiatan kemahasiswaan yang sesuai dengan tantangan zaman?’.

Menuju MUKER VIII IKM FTUI
Sejak berdiri pada tahun 1971, IKM FTUI telah mengadakan MUKER selama 7 kali, yakni 1971, 1974, 1976, 1995, 2003, 2007 dan 2011. Berdasarkan keputusan akhir MUKER VII, MUKER harus diadakan selambat – lambatnya empat tahun setelah MUKER VII dilaksanakan. Oleh karena itu tahun depan (2015) kita akan menyelenggarakan MUKER VIII IKM FTUI.

MPM FTUI bertanggung jawab atas terselenggaranya MUKER IKM FTUI. Dalam proses penyelenggaraan MUKER ada 2 elemen yang akan dibentuk, yakni Dewan Pengarah (DP) MUKER serta panitia MUKER. DP MUKER memiliki kewajiban untuk menganalisa peraturan – peraturan yang ada, menganalisa fakta – fakta di lapangan, melihat tantangan zaman serta memprediksi tantangan baru yang mungkin muncul dan memformulasikannya menjadi materi yang akan dibahas di MUKER nanti. DP MUKER terdiri dari satu orang perwakilan setiap lembaga serta seluruh anggota aktif IKM FTUI yang mendaftar. Maka bagi anda yang ingin menjadi bagian pencetak sejarah besar IKM FTUI, daftarlah menjadi bagian dari DP MUKER IKM FTUI.

Mengapa Kita Harus Terlibat?
Seperti yang telah dijelaskan berulang kali di atas, tantangan zaman yang selalu berubah menuntut ‘proses penempaan’ mahasiswa yang dinamis. Misal contoh sederhana adalah AEC (ASEAN Economic Community) yang akan dimulai pada tahun 2015 mendatang, tentu membawa tantangan tersendiri untuk kemahasiswaan IKM FTUI. Dapatkah engineer cetakan IKM FTUI bertahan hidup di dunia yang semakin mengglobal? Masihkah bentuk dan tujuan kegiatan – kegiatan saat ini relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Sebesar apa peran mahasiswa dalam menentukan masa depan Indonesia? Pertanyaan – pertanyaan tersebut harus kita jawab tahun depan melalui MUKER IKM FTUI.

MUKER akan menentukan bagaimana nasib calon adik – adik kita beberapa tahun ke depan. Nasib junior – junior kita yang bahkan mungkin tak kita kenal sama sekali. Tetapi tidak berhenti sampai situ, jika kita tinjau secara makro, MUKER bahkan dapat menentukan masa depan Indonesia.

**************************************************************************
ditulis di suatu pagi yang sedih

'Strategi' dalam Organisasi Kemahasiswaan

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan ‘Organisasi Mahasiswa dalam Perspektif Sistem’. Akan lebih baik jika pembaca membaca artikel tersebut terlebih dahulu. Artikel dapat diakses di http://romansamahasiswa.blogspot.com/2014/01/organisasi-mahasiswa-dalam-perspektif.html

Beberapa hari yang lalu saya baru membaca salah satu tulisan yang dibuat oleh Michael E. Porter, salah satu professor bisnis paling terkemuka di dunia. Porter menulis artikel tentang ‘What is strategy?’. Tulisan yang sangat menarik, meski telah berumur cukup tua untuk sebuah tulisan ilmiah (ditulis pada tahun 1996). Porter mengkritisi cara para pebisnis mendefinisikan ‘strategi’ di mana paradigma lama memandang strategi sebagai cara untuk meningkatkan performa setiap divisi dalam perusahaan.

What is Strategy?
Pada dasarnya strategi adalah langkah – langkah besar yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Setiap entitas pasti memiliki strategi. Misal jika anda mahasiswa dan tujuan anda adalah mendapat nilai bagus, anda pasti memiliki strategi untuk mencapainya, misal dengan belajar setiap setelah kelas, mengerjakan tugas H+1 tugas dikasih, dll. Begitu juga dengan perusahaan. Setiap perusahaan memiliki visi, dan untuk mencapai visi tersebut tentu membutuhkan strategi.

Menurut Porter, strategi memiliki tiga prinsip utama. Prinsip pertama adalah adanya ‘positioning’. Strategi perusahaan harus dapat menentukan bagaimana posisi perusahaan tersebut dalam pasar. Yang dimaksud dengan posisi adalah bagaimana konsumen memandang perusahaan tersebut sehingga perusahaan tersebut memiliki kekuatan pada pasar. Positioning perusahaan dalam pasar dapat muncul karena tiga hal, yakni 1) variety based positioning (positioning karena jenis produk yang unik), 2) needs based positioning (positioning karena mengakomodasi berbagai kepentingan suatu segmen konsumen), dan 3) access based positioning (positioning akibat kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk sehingga produk semakin diminati).

Prinsip berikutnya adalah adanya trade-offs. Setiap strategi pasti memiliki tradeoff. Tradeoff adalah pengorbanan yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu hal lainnya. Misal jika anda diundang untuk traktiran ulang tahun jam 7 malam, sedangkan anda mengikuti les bahasa inggris pada waktu yang sama. Jika anda ingin mengikuti traktiran, berarti anda tidak dapat les bahasa inggris. Les bahasa inggris adalah tradeoff dari keputusan anda untuk mengikuti traktiran. Begitu juga dalam perusahaan. Strategi suatu perusahaan harus mengacu pada visinya. Untuk mencapai visi perusahaan, terkadang jajaran direktur harus membahas langkah apa yang diambil dan tradeoff apa yang dikorbankan. Kesalahan yang biasa terjadi dalam perusahaan adalah ia melupakan jati dirinya. Tidak konsisten dengan strateginya. Perusahaan seringkali mengadopsi business process, teknologi, sistem informasi dan hal – hal lain dari perusahaan lain yang dianggap membawa kesuksesan kepada perusahaan lain tersebut. Padahal belum tentu apa yang dilakukan oleh perusahaan lain tersebut sejalan dengan jati diri perusahaannya. Alhasil, strategi hanya menjadi ‘asal up to date’. Dan perusahaan pun cenderung menjadi perusahaan peniru yang tidak akan memenangi pasar.

Prinsip terakhir adalah adanya fit-ness (kesesuaian/kecocokan, bukan fitness yang ke gym buat body building). Fit-ness adalah prinsip dari strategi yang paling krusial. Fit-ness adalah bagaimana kesesuaian business process antara satu divisi dengan divisi lainnya. Fit-ness adalah kondisi di mana interaksi antar divisi menyebabkan meroketnya performa perusahaan secara keseluruhan. Fit-ness berbicara tentang bagaimana rantai nilai dalam perusahaan berjalan sehingga membentuk ikatan antar rantai yang sangat kuat. Fit-ness berbicara tentang kesinambungan dan keterkaitan antar divisi yang menjadi competitive advantage bagi perusahan. Misal perusahaan terdiri dari divisi finansial, divisi teknologi, divisi marketing, divisi operasional dan divisi informasi. Aktivitas dari salah satu divisi yang memberikan value kepada konsumen, menyebabkan value yang dihasilkan oleh divisi lain juga meningkat. Alhasil, dengan adanya fit-ness, perusahaan pesaing tidak dapat meniru business process dengan mudah. Jika pesaing meniru konsep dari salah satu divisi, belum tentu peniruan tersebut dapat diterapkan oleh pesaing karena adanya kesinambungan rantai nilai berkat fit-ness dari perusahaan yang ditiru (sedangkan perusahaan peniru tidak memiliki fit-ness tersebut).

Prinsip Strategi yang Relevan dengan Organisasi Kemahasiswaan
Dalam menganalisa strategi pada organisasi kemahasiswaan, penulis membatasi definisi organisasi kemahasiswaan sebagai lembaga eksekutif kemahasiswaan baik di tingkat universitas, tingkat fakultas maupun tingkat himpunan/jurusan. Organisasi – organisasi tersebut biasanya memiliki berbagai bidang/divisi yang memiliki fungsi – fungsi masing masing. Contoh bidang/divisi yang biasa ada adalah kesekretariatan, PSDM, pengabdian masyarakat, olahraga, dll.

Berdasarkan definisi tersebut, maka prinsip strategi yang harus dipenuhi oleh organisasi kemahasiswaan adalah prinsip kedua dan prinsip ketiga. Prinsip pertama, strategic positioning, tidak perlu ditinjau karena pada umumnya lembaga – lembaga tersebut tidak memiliki kompetitor dengan model organisasi yang sama bagi target pasarnya.

Adakah Organisasi Kemahasiswaan yang Memikirkan Tradeoff?
Analisa pertama dilihat dari tradeoff. Sudahkah pemangku jabatan di organisasi kemahasiswaan memikirkan tradeoff? Setiap mencalonkan diri menjadi calon ketua, mahasiswa pasti memiliki hal besar yang ingin dia bawa dalam bentuk visi dan misi lembaganya. Pada visi dan misi lembaganya tentu tersirat fokus lembaga yang akan ia bawa selama setahun ke depan. Misal suatu lembaga memiliki fokus pengembangan IPTEK mahasiswanya, atau fokus pengabdian masyarakat, atau fokus pengembangan prestasi olahraga dan seni, atau fokus – fokus lainnya. Pertanyaannya adalah apakah fokus tersebut benar – benar diejawantahkan (dituangkan) dalam hal – hal yang lebih mendetil seperti divisi – divisi yang dibuat atau proker – proker yang diusung?

Misal ada lima tema dalam suatu organisasi, yakni tema A, B, C, D dan E. Tema A bertentangan dengan tema D. Tema C dan tema A memiliki hubungan yang erat karena kemiripan tema tersebut. Untuk kepengurusannya, lembaga ingin fokus kepada tema A. Berdasarkan konsep strategi, seharusnya lembaga meningkatkan proker – proker pada tema A dan tema C (karena tema C berkaitan dengan tema A). Selain itu lembaga juga seharusnya mengurangi intensitas proker tema D karena berpotensi mengurangi nuansa dan pencapaian tema yang menjadi fokus (tema A). Itu baru strategi!

Nyatanya sebagian besar lembaga hanya menurunkan fokus utama lembaganya menjadi proker – proker unggulan dan pembuatan proker – proker unggulan tersebut telah disebut ‘strategi’. Padahal strategi bukan hanya menyangkut satu divisi yang mengusung satu tema, tapi strategi adalah keseluruhan. Sudah selayaknya ada divisi yang ‘mengalah’ jika memang kegiatan divisi tersebut mengurangi nuansa tema yang menjadi fokus lembaga.

Fit-ness Antar Divisi Organisasi Kemahasiswaan
Satu lagi prinsip strategi yang seharusnya dimiliki oleh organisasi kemahasiswaan adalah tentang fit-ness. Berdasarkan teori strategi, dengan adanya fit-ness suatu perusahaan tidak akan dapat diimitasi dengan mudah karena membentuk value chain yang unik. Jika kita meninjau organisasi kemahasiswaan, adakah interaksi antar bidang yang menunjang fungsi organisasi tersebut? Misal sebuah organisasi memiliki 6 bidang, yaitu kesekretariatan, humas, pengabdian masyarakat, iptek, seni dan olahraga. Apakah ada interaksi antar bidang tersebut? Apakah bidang tersebut harus melakukan komunikasi satu sama lain sehingga menciptakan fit-ness? Atau sebenarnya setiap bidang tersebut dapat berdiri secara mandiri menjadi organisasi sendiri, menjadi lembaga kesekretariatan, lembaga humas, lembaga pengabdian masyarakat, lembaga iptek, lembaga seni dan lembaga olahraga tanpa mengurangi fungsi setiap bidang tersebut?

Dalam tulisan sebelumnya tentang Organisasi Mahasiswa dalam Perspektif Sistem, saya menganalisa bahwa interaksi antar bidang harus ada, jika organisasi mahasiswa benar – benar ingin disebut ‘organisasi’. Dalam bahasan kali ini, tidak hanya interaksi yang harus dibentuk, tetapi juga kualitas dari interaksi tersebut. Interaksi harus membentuk suatu nilai tambah bagi output organisasi kemahasiswaan yang unik dan lebih baik jika dibandingkan dengan setiap bidang menjalankan fungsinya masing – masing. Interaksi ini harus diatur dalam sebuah blueprint strategi yang seharusnya didisain sejak awal kepengurusan lembaga kemahasiswaan.

Menurut kacamata penulis fit-ness dalam organisasi kemahasiswaan umumnya dijawantahkan dalam bentuk nilai – nilai yang menjadi ‘ciri’ organisasi tersebut pada suatu kepengurusan. Misal organisasi yang ‘semangat’, ‘dinamis’, ‘akrab’, ‘intelek’, atau nilai – nilai pokok penggerak organisasi lain yang diusung oleh ketua lembaga. Belum banyak organisasi kemahasiswaan yang mentranslasi nilai – nilai tersebut menjadi strategi konkrit yang komprehensif dan dikontrol pelaksanaannya. Nilai – nilai tersebut pun tidak semuanya berhubungan dengan fit-ness.



Salah satu tujuan adanya organisasi kemahasiswaan adalah pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengelola sebuah sistem yang subsistem paling berpengaruhnya adalah unsur ‘mannusia’. Namun akan sampai kapan mahasiswa hanya menjalani organisasi yang ‘begitu – begitu’ saja? Teori organisasi dan strategi semakin maju sehingga seharusnya organisasi kemahasiswaan mampu menerapkan teori – teori tersebut. Jika sejak mahasiswa kita sudah dapat menjalankan organisasi yang baik maka saat di dunia kerja nanti, baik pemerintahan maupun swasta, kita pasti dapat menjadikan tempat kerja/kontribusi kita menjadi lebih baik pula. Ya, karena semuanya berawal di bangku kuliah.