Sewaktu
mahasiswa baru saya memiliki pertanyaan besar: ‘Apa sih suksesnya mahasiswa
itu?’.
Latar belakang SMA saya adalah salah satu SMA
Negeri unggulan di kota Depok. Karena SMA unggulan, otomatis parameter
kesuksesan seluruh siswanya relatif sama: menang lomba, menang OSN, atau masuk
PTN unggulan sesuai dengan jurusan yang diinginkan. Hal yang paling mudah
disorot adalah masuk PTN unggulan. Saat kelas X, saya melihat kakak – kakak
kelas saya yang diterima di UI, ITB, UGM, dll dan menurut saya mereka sangat
keren. Hingga sampai saatnya saya menduduki bangku kelas XII, seluruh teman
seangkatan saya pun memiliki pandangan yang sama bahwa sukses itu adalah saat
kita berhasil masuk PTN unggulan.
Pandangan yang berbeda saya jumpai saat saya
menjadi mahasiswa baru di UI, terutama pada masa Mabim dan pasca Mabim. Saya
melihat senior saya ada yang langsung menjadi manajer saat lulus. Saya melihat
senior saya ada yang menlanjutkan studi S2 di luar negeri. Saya melihat senior
saya ada yang membuat usaha sendiri. Saya melihat senior saya ada yang bergerak
di bidang pengabdian masyarakat. Saya melihat senior saya ada yang menang lomba
ini itu. Saya melihat senior saya yang setiap hari kerjaannya di Kantek (re:
Kantin Teknik) ngobrol, ketawa, main kartu dan nyanyi – nyanyi. Saya pun
melihat senior saya ada yang sangat organisatoris – menduduki posisi – posisi
penting di lembaga kemahasiswaan. Saya melihat senior saya ada yang suka
nongkrong di lab, baik mengerjakan riset maupun main dota dsb. Apakah ada
sebagian dari mereka yang tidak sukses? Atau seluruhnya sukses? Atau malah
seluruhnya tidak ada yang sukses?
Premis saya saat akhir semester satu adalah:
suksesnya mahasiswa itu, kamu yang definisikan sendiri! Setiap mahasiswa berhak
menentukan suksesnya itu apa. Pada dasarnya ‘sukses’nya mahasiswa itu tidak
seragam, tidak seperti siswa SMA atau SMP atau SD. Setiap mahasiswa memiliki passion-nya masing – masing dan
mahasiswa akan sukses saat mereka telah membuat suatu pencapaian berdasarkan passion-nya sehingga suksesnya mahasiswa
pun beragam. Sekiranya itu premis
saya saat mahasiswa baru sehingga saya pun menentukan beberapa kriteria
‘sukses’ versi saya sendiri (Pesta, buku dan cinta. Namun akan saya bahas pada
lain kesempatan hehe).
Sampai akhirnya saya menulis tulisan ini, di suatu
hari minggu di penghujung semester 7 saya. Beberapa hari semenjak saya lengser
dari amanah organisasi yang dititipkan, saya mengingat kembali premis saya saat
maba dulu. Saya merefleksikan diri saya sendiri ‘apakah saya sudah sukses?’.
Namun kondisinya berbeda. Sekarang saya menemukan
definisi ‘sukses’ yang lebih baik. Sukses bukan tentang prestasi. Sukses bukan
tentang pencapaian. Sukses adalah ketika
kita bahagia dan tidak menyesal atas waktu yang telah kita habiskan. Saya
sukses jika tidak ada penyesalan akan 3,5 tahun yang telah saya habiskan untuk
berbagai aktivitas. Sukses adalah suatu kondisi, suatu perasaan.
Hingga akhirnya, kembali saya merenung, ‘sudah sukseskah saya?’.
Bramka Arga Jafino. 14 Desember 2014 pukul 23.45
WIB.
sukaa banget sama definisi sukses nyaaa bramkaa .
ReplyDeletedan sukses akan selalu bisa kita buat dan definisikan ulang di setiap hari kita, setiap langkah kita. dan bersyukurlah karena tidak ada penyesalan atas 3,5 tahun yang lo lewatin di kampus selama ini Bram.
semoga kita semua sukses (in our own ways) nanti :)